PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menghadapi tantangan serius dengan pelemahan harga batu bara yang berdampak pada penurunan pendapatan. Farida Thamrin, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA, mengungkapkan dalam Public Expose Live pada Senin (27/11/2023), bahwa harga batu bara sejak Juli 2023 mengalami penurunan rata-rata sekitar 30 persen. Hal ini menyebabkan realisasi pendapatan hingga September 2023 turun sebesar 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski demikian, PTBA berhasil menahan dampak pelemahan harga batu bara tersebut dengan berbagai strategi. Salah satunya adalah meningkatkan laju ekspor batu bara ke sejumlah negara. Farida mengungkapkan bahwa pangsa ekspor perusahaan telah naik secara signifikan hingga kuartal III 2023, melebihi angka sebelumnya yang berkisar antara 35-38 persen menjadi lebih dari 40 persen.
Farida juga menyoroti pentingnya dukungan pemerintah untuk menjaga keberlanjutan industri pertambangan, terutama melalui kebijakan mitra instansi pengelola (MIP). PTBA berharap adanya kesepakatan antara pemerintah dan DPR terkait hal ini.
Dalam menghadapi pergantian tahun, PTBA mengantisipasi koreksi lebih lanjut pada harga batu bara. Farida menegaskan pentingnya berbagai upaya dalam menghadapi situasi ini.
Tak hanya itu, PTBA terus melanjutkan proyek-proyek strategisnya. Salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel-8 dengan kapasitas 2x660 Megawatt (MW). Mulai 7 Oktober 2023, PLTU tersebut telah beroperasi secara komersial, menerapkan teknologi supercritical steam generator yang efisien dan ramah lingkungan serta teknologi flue gas desulfurization (FGD) untuk mengurangi emisi gas buang yang berbahaya.
Dalam kerangka pengembangan infrastruktur angkutan, PTBA telah menjalin kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI. Keduanya sepakat untuk mengembangkan angkutan batu bara relasi Tanjung Enim Baru – Keramasan pada 12 Oktober 2023 lalu. Kerja sama ini bertujuan untuk mendukung target peningkatan kapasitas angkutan batu bara melalui jalur kereta api hingga mencapai 52 juta ton per tahun pada tahun 2024.
Dengan strategi yang diimplementasikan dan kerja sama yang terjalin, PT Bukit Asam Tbk terus berupaya menjaga kinerja perusahaan dan beradaptasi di tengah situasi fluktuasi harga batu bara yang menantang.